Pendidikan, Internet dan Transaksi Informasi
Education is the key to unlocking the world, a passport to freedom.
-Oprah Winfrey
Dalam kehidupan yang fana ini, seyogyanya manusia memiliki hakikat untuk merasa 'bebas'. Bebas yang dapat diartikan ke dalam beragam makna. Bebas yang mendatangkan perasaan bahagia dalam menjalani hidup. Terdengar naif memang, tetapi tujuan hidup manusia menginginkan bahagia, bukan?
Begitu yang pernah kudengar dari Pak Dr. Fahruddin Faiz pada salah satu kesempatan.
Definisi dan penilaian manusia terhadap bahagia beragam, banyak bentuk dan banyak makna. Ada yang dengan hal kecil sudah merasa bahagia, ada pula yang merasa bahwa itu terbilang hal yang tidak membahagiakan.
Namun, 'kebebasan' yang mendatangkan bahagia tentu harus bersumber dari tidak 'merampas' milik orang lain. Kebebasan tersebut harus diperjuangkan sebab kehadirannya bukanlah hadiah yang cuma-cuma—seperti kebebasan bagi Albert Camus dalam bukunya berjudul Krisis Kebenaran.
Hal ini pun sejalan dengan salah satu potongan ungkapan dari Oprah Winfrey, seorang wanita Latin yang berpengaruh secara sosial dan melihat pendidikan sebagai sesuatu yang sangat penting—dibandingkan apapun. “I value nothing more in the world than education. It is an open door to freedom...," ungkap Winfrey saat membawakan The Oprah Winfrey Show pada tahun 2010 silam1.
Kalau ingin menilik lebih dalam bagaimana Winfrey 'bebas' dengan mampu melakukan banyak hal; menjadi pengusaha, menjadi host ternama, penulis, aktivis hingga dapat menyabet sederet penghargaan tak terlepas dari bagaimana dia mendefenisikan pendidikan selama ini. Berangkat dari keluarga miskin, menjadi inferior, mendapat kekerasan seksual memdorong ia untuk mencari 'jalan keluar' dan 'kebebasan' melalui pendidikan.
Sungguh betapa krusialnya sebuah pendidikan. Bukan semata menjadi 'pintar' tetapi dengan pendidikan dapat menjadikan manusia menjadi bermartabat baik dalam perkataan pun perbuatan. Ada banyak sekali tokoh-tokoh ternama yang dapat terlepas dari belenggu inferioritas. Tak terkecuali di Indonesia, dari zaman dahulu sampai pada generasi milenial saat ini.
Pendidikan menjadi hal yang fundamental bagi hidupku dan kuyakini begitu pula untuk orang lain—meskipun dalam beberapa kasus masih banyak dijumpai realitas di lapangan anak-anak yang semestinya berhak mengenyam pendidikan justru tidak dapat merasakannya karena satu dan lain hal. Namun, pendidikan pula yang dapat menjadikan kita sebagai 'orang' dengan menjalani pendidikan secara benar.
Pendidikan tentu tidak hanya yang terlabeli formal, tidak mendiskreditkan yang informal. Di manapun itu, pendidikan akan selalu menjadi senjata yang ampuh untuk merubah dunia—paling banter diri sendiri.
Saat ini aku selesai mengenyam pendidikan dari bangku perguruan tinggi. Telah selesai melepas gelar maha. Telah melakukan transisi dari yang idealis menjadi realistis. Aku menikmati waktuku selama mengenyam pendidikan. Berjumpa dan mengenal dengan banyak ilmu baru, perspektif baru, yang justru membuka mata dan kesadaran bahwa dunia ini luas dan ilmu Tuhan yang setitik itu sangat tak berujung dan berkesudahan.
Menilik kembali ke beberapa waktu ke belakang, saat pandemi benar-benar mengisolasi masyarakat. Pendidikan menjadi aspek yang cukup terdampak akibat pandemi tersebut. Proses belajar mengajar yang kerap dilakukan tatap muka lalu berubah menjadi virtual atau daring yang biasa disebut e-learning. Tentu masih banyak sejumlah pihak yang kesulitan, baik dari segi akses fasilitas teknologi maupun akses internet.
Namun, dengan adanya wabah tak terduga tersebut. Pelajar Indonesia mulai mengenal dan beradaptasi dengan pembelajaran maupun pertemuan virtual. Tidak hanya itu, orang dewasa pun menggunakan media online dan teknologi untuk menyelesaikan pekerjaan dan kepentingan. Hal ini memicu semakin menjamurnya seminar online atau webinar.
Dari fenomena tersebut, aku mulai tersadar bahwa teknologi dan akses internet berpengaruh besar dalam transaksi informasi. Tak terkecuali berdampak pada dunia pendidikan. Saat itu, sebagai mahasiswa yang membutuhkan akses buku dan beberapa referensi jurnal maupun skripsi tentu tak dapat mengandalkan perpustakaan kampus yang masih belum menyediakan buku secara online mengharuskan aku untuk berselancar di ruang pencarian berbasis online. Jaringan internet memudahkan itu semua. Bersyukur aku memilki akses itu dan kunilai sebagai salah satu bentuk privilege.
Begitu pun kali ini, untuk aku yang seorang fresh graduate dan berniat melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi suatu hari nanti. Aku berkeinginan untuk study abroad dan sedang menyicil persiapannya.
Dan tentu saja, aku sangat terbantu dengan adanya internet yang memadai selama ini. Dari informasi satu ke informasi lainnya seolah dengan mudah terakses dengan adanya internet. Aku mengandalkan kebermanfaatan internet untuk membantuku untuk melakukan riset, akses web belajar TOEFL dan skill Bahasa Inggris, ikut kelas online, forum diskusi online dan berkenalan dengan orang di luar jangkauanku yang terhalang jarak dan waktu dengan adanya akses internet.
Manfaat internet sangat beragam tetapi yang sangat penting untukku adalah dalam menunjang keperluanku selama proses mengenyam pendidikan. Bagiku, dengan akses internet yang memadai membuatku sadar bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan cukup terimplementasikan dengan baik. Pemerintah memfasilitasi penunjang pendidikan melalui internetnya Indonesia meskipun masih ada wilayah marjinal yang kesulitan untuk akses tersebut. Selain itu, salah satu bentuk riil dari pelayanan yang dihadirkan oleh pemerintah adalah dengan adanya Telkom Indonesia dengan produk layanan IndiHome yang membantu masyarakat untuk mendapatkan akses internet dengan high speed internet.
Dengan adanya jaringan internet dan teknologi ini membantu masyarakat untuk mengakses informasi dan melakukan transaksi informasi yang lebih baik. Kemudahan inilah menjadi cikal bakal perkembangan teknologi yang semakin beragam dan mumpuni nantinya. Kuncinya, internet dan teknologi adalah salah satu alat untuk menciptakan 'kebebasan' versi yang kita dambakan untuk melepaskan belenggu inferiority kita elama ini.
Referensi
1] https://www.oprah.com/pressroom/oprahs-angel-network-grants-6-million-to-us-charter-schools
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda