Rabu, 18 September 2019

Rapalan Doa

1) Doa awal kupanjatkan untuk negeriku yang saat ini sedang mengulang sejarah
Kisah penuh nestapa dari bumi sudut negeri tak terjamah
Kehidupan memanusiakan yang kian lama terkikis urat malu perkakas negara
Ah, siapa kami ini?
Berlagak bersih padahal darah juga warna merah
Sedang cemas takut ibu pertiwi marah sebab kami terpecah
Lancang kanan-kiri bukan lagi, lancang lisan ini sudah main
Hati mencelos pergerakan sudah terjadi
Pinta kami (yang kurang sadar) sekali lagi
Moga - moga masih ada terang untuk kami yang bodoh ini

2) Doa setelahnya untuk mereka yang hebat dalam berlaga dalam hidup
Manusia (sebagian) terlalu pongah untuk saling hidup rukun
Selalu saja mau tahu urusan orang
Barangkali sedang ambil paruh waktu jadi jurnalis dadakan
Karena Indonesia kaya diraciklah dengan bumbu rempah - rempah
Sudah macam bangsa Portugis zaman dahulu
Tapi yang ini beda, meski masih pakai rempah - rempah
Mereka menjual hasil kekayaan, yang ini  kebersamaan juga kerukunan
Aduh, siapa lagi yang berkenan?

3) Doa terakhir untuk anak kecil yang manis
Anak hebat kebanggaan semua dimensi
Penerus Pattimura, Imam Bonjol sampai Soeharto apalagi
Pada gelapnya langit dan serakan bintang - bintang
Rapalan doa kali ini dengan haru
Alam selalu meng-aminkan doa - doa baik manusia katanya
Yasudah,
Sekarang sedang berdoa untuk anak - anak yang sedang dirundung gulita
Memberi tahu Pencipta mereka suci dengan terang yang tak henti - henti

4) Akhirnya rapalan doa sedang berkendara
Menuju singgasana sang pemilik semesta
Merayu mesra agar bumi kian bahagia
Manusianya juga hati kecil terdalamnya.

Dekat lampu kuning pijar, 22 Agustus 2019

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda